Kamis, 02 Juli 2009

TUMOR BULI

Asuhan Keperawatan Pada
Klien Dengan Karsinoma Buli-Buli


A. Tinjauan Teori
I Pengertian
Tumor buli-buli adalah tumor yang didapatkan pada buli-buli.

II Insiden
Terjadi 3 kali lebih besar laki-laki daripada perempuan, buli-buli lebih sering dijangkiti kanker dari pada organ yang lain pada alat perkemihan.

III Klasifikasi
1. Staging dan Klasifikasi
Klasifikasi DUKE MASDIMA, JEWTT dengan modifikadsi STRONG MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi.
1) T = Pembesaran lokal tumor primer ditentukan melalui: pemeriksaan klinik, urografi, cystocopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum dan biopsi atau trans urethral reseksi.
2) N = Pembesaran secara klinis untuk pembesaran kelenjar limfe, pemeriksaan klinis, lympgrafi, urografi dan operative.
3) M = Metastase jauh termasuk pembesaran kelenjar limpe yang jauh, pemeriksaan klinis,thorax,forto dan test biokimia.

2, Tipe dan lokasi
Tipe tumor didasarkan pada tipe sel, tingkat analasia dan invasi.
1) Efidermoid Ca, kira-kira 5% neoplasma buli-buli squamukosa sel, anaplastik, invasi yang dalam dan cepat metastasenya.
2) Adeno Ca, sangat jarang dan sering muncul pada bekas urachus.
3) Rhabdomiyo sarcoma, sering terjadi pada anak laki-laki (adolecent), infiltrasi, metastase cepat dan biasanya fatal.
4) Primery malignant lympoma, neuritriboma dan pheochromacytoma, dapat menimbulkan serangan hi pertensi selama kencing.
5) Ca daripada kulit, melanoma,lambung, paru dan mama mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasike buli-bili olehendometriosis dapat terjadi.



IV Patofisiologi

Ca. Buli-Buli

Ulserasi


Infeksi…


Masalah Kep.



- Gg. Rasa Nyaman: suhu tubuh
- Infeksi…
- Resiko Infeksi

Oklusi Uretery
Pelvic Renal


Refluks


Hidronephrosis


Masalah Kep:

- Gg. rasa nyaman: nyeri
- Kurang Pengetahuan




Metastasis



Invasi …


Retensio Urine


Masalah Kep.:

- Gg. Eliminasi:


I
V. Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
- Hb. Rendah karena kehilngandarah, infeksi, uremia,micros hematuria.
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bacteri dalam urine.
- RFT normal
- Lympphopenia ( N = 1490-2930)

2) Radiologi
- Excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
- Retrogred cystogram dapat menunjukkan tumor.
- Fractionet cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-bili.
- Angograpi untuk mengetahui adanya metastase lewat pembulu lymphe.

3) Cystocopy dan Biopsi
- Cysticopy hampir selalu menghasilkan tumor.
- Biopsi daripada lesi selalu dikerjakan secara rutin

4) Cystologi
- Pengecatan sieman/ papanicelaou pada sidimen urine terdapat transisional sel daripada tumor.

b. Therapi
1) Operasi
2) Radioterapy
- Diberikan pada tomor yang radiosensitif seperti undifferentiated pada grade III dan IV dan stage B2-C.
- Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3-4 minggu, dosis 3000-4000 rads. Penderita dievaluasi 2-4 minggu dengan interval cystoscopy, foto thoraks dan IVP, kemudian 6 minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi radiasi tambahan 2000-3000 Rads selama 2-3 minggu.

3) Chemotherapy
Obat-obat anti kanker:
- Citral, 5 flouro urasil
- Tophical chemoterapy yaitu Thic- tepa, chemotherapi merupakan paliattif. 5 – FLUOROURACYL (5-FU) dan doxorubicin (andriamycin) merupakan bahan yang sering dipakai. Thiotepa dapat dimasukkan ke dalam buli-buli sebagai pangobatan topikal. Klien dibiarkan menderita dehidrasi 8-12 jam sebelum pengobatan dengan theotipa dan obat dibiarkan dalam buli-buli selama 2 jam.

VI Prognosis
Penemuan dan pemeriksaan dini, prognosisnya baik, tetapi bila sudah lama dan adanya metastase ke organ lain lebih dalam dan lainnya prognosisnya jalek.

VII. Komplikasi
- Infeksi secunder bila tumor mengalami ulcerasi
- Retensio urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck.
- Hydronefrosis oleh karena bladder mengalami oklusi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Buli-buli adalah organ yang paling sering dijangkiti pada alat perkemihan. Pria 3 kali lebih banyak terjangkit daripada perempuan, tumor multiple lebih sering, kira-kira 25% klien mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

b. Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermiten, merasa panas waktu kencing. Mereka ingin kencing terutama pada malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan syaraf dan nyeri satu sisi karena hidronephrosis.

c. Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi: tampak kencing warna merah campur darah, pembesaran suprapubik bila tumor sudah besar.
Palpasi: teraba tumor (masa) suprapubic, pemeriksaan bimanual teraba …..pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik saat VT atau RT.

d. Pemeriksaan penunjang.

II. Perencanaan

1. Cemas/takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosial ekonomi, peran dan fungsi bentuk interaksi, persiapan kematian, perpisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
Tujuan:
- Klien dapat mengurangi rasa cemasnya.
- Rileks dan dapat melihat dirinya secara obyektif.
- Menunjukkan koping yang efektif serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.


INTERVENSI
RASIONAL
a. Tentukan pengalaman klien sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b. Berikan informasi tentang prognosis secara akurat.
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan rasa marah , takut dan beri informasi dengan emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d. Jelaskan pengobata, tujuan, dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e. Catat coping yang tidak efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidakberdayaan dan lain-lain.
f. Anjurkan untuk mengembangkan interaksi dengan suppor sistem
g. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman.
h. Pertahankan kontak dengan klien, bicara dan berilah sentuhan.
a. dapat memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya duplikasi.
b. Dapat memahami proses penyakitnya.
c. Dapat menurunkan kecemasan dan ketegangan.


d. Membantu klien dalam memahami kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e. Mengetahui dan menggali pola koping dan dapat memberikan solusinya.

f. Agar memperoleh dukungan dari orang yang terdekat.


g. Untuk beri kesempatan agar merenung dan istirahat.
h. Mendapatkan kepercayaan bahwa dirinya ditolong.

2. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakitnya (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping theraoi kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan:
- Klien mampu mengontrol nyeri melalui aktivitas.
- Melaporkan nyeri yang dialaminya.
- Mengikuti program pengobatan.
- Mendemonstrasikan teknik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin.


INTERVENSI
RASIONAL
a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi, durasi dan intensitasnya.
b. Evaluasi therapi: pembedahan, kemoterapi, radiasi, bioterapi, ajarkan pada klien/keluarga cara menghadapinya
c. Menganjurkan teknik penangan stress (teknik rekaksasi, visualisasi, bimbingan), dan berikan sentuhan terauphitik.
d. Beri pengalihan seperti reposisi dan aktivitas yang menyenangkan seperti mendengarkan radio dll.
e. Beri pengobatan bila perlu.
f. Diskuskan dengan tim kes. untuk menangani nyeri.
g. Beri analgesik sesuaio indikasi.
a. Dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b. Untuk mengetahui efektivitas therapi.

c. Meningkatkan kontrol diri atas efek samping dengan menurunkan ansietas dan stress.
d. Meningkatkan kenyamanan dengan mengalihkan perhatianklien dari rasa nyari.

e. Untuk mengetahui efektivitas penanganan nyeri .

f. Agar therapi tepat sasaran.

g. Untuk mengatasi nyeri.

3. Kurangnya penetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan sesuai dengan kurangnya informasi, missinterprestasi dan keterbatasan kognitif ditandai dengan seringnya bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengukuti intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan:
- Klien dapat mengatakan secara akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada tingkatan siap.
- Mengikuti prosedur dengan baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
- Mempunyai inisiatif dalam perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengobatan.
- Bekerjasama dengan pemberi informasi.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Mengulang pengertian tentang diagnoasa, pengobatan dan akibatnya.
b. Tentukan persepsi klien tentang kanker dan pengobatabnnya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain yang menderita kanker.
c. Beri informasi yang akurat dan faktual. Jawab pertanyaan spesifik, hindarkan informasi yang tidak informasi.
d. Berikan bimbingan kepada klien/keluarga sebelum mengikutu prosedur pengobatan, therapi yang lama, komplikasi. Jujurlah pada klien.
e. Anjurkan pada klien untuk memberikan umpan balik verbal dan mengoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f. Review klien/keluarga tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
g. Anjurkan pada klien untuk mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya erutema.
h. Anjurkan klien memelihara kebersihan kulit dan rambut.
a. Menghindari adanya duplikasi dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b.Memungkinkan dilkukan pembebnran terhadap kesalahan persepsi dam konsepsi serta kesalahan pengertian.

c.Membantu klien dalam memahami proses penyakit.

d.Membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan pengobatan.

e.Mengetahui sampai sejauh manakah pemahaman klien /keluarga mengenai penyakit klien.

f. Meningkatkan pengetahuan klien/keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.Mengkaji mengembangan proses –proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h. Meningkatkan integritas kulit dan kepala.


4.Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan kanker, konsekuensi khemoterapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emosional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau lebih di bawah ideal, penurunan masa otot dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
Tujuan:
- Klien menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab. Normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
- Menyatakan pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat.
- Berpartisipasi dalam penetalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.

INTERVENSI
RASIONAL
a.Monitor intakemakanan setiap hari,apakah klien makan sesuai dengan kebutuhan.
b. Timbang dan ukur berat badan, ukuran tricep serta amati penurunan berat badan.
c. Kaji pucat, penyembuhan luka yang lama dan pembesaran kelenjar paritis.
d. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
e. Kontrol faktor lingkungan seperti bau atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak dan pedas.
f. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g. Anjurkan teknik relaksasi, visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h. Anjurkan komunikasi terbuka tentang problem anoreksia yang dialami klien.
i. Kolaboratif
j. Amati studi laboratprium seperti total limposit, serum transferin dan albumin.
k. Berikan penggobatan sesuai dengan indikasi.
l. Phenotiasin, antidopaminergic, corticosteroids, vitamin khususnya A,D,E dan B6, antasida.
m. Pasang pipa nasogastrik untuk memberikan makanan secara interal, imbangi dengan infus.
a. Memberikan informasi tentang status gizi klien.
b. Memberikan informasi tentang penambahan dan penurunan berat badan klien.
c. Menunjukkan keadaan gizi klien sangat buruk.
d. Kalori merupakan sumber energi
e. Mencegah mual dan muntah, distensi berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangistimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f. Agar klien merasa seperti berada di rumah sendiri.
g. Untuk menimbulkan perasaan ingin makan/membangkitkan selera makan.
h. Agar dapat diatasi secara bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i. Unrtuk mengetahui/menegakkan terjadinya gangguan nutrisi sebagai akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan perawatan terhadap klien.
j. Membantu menghilangkan gejala penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
k. Mempermudah intake makanan dan minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
l. Efektifitas therapi
m. Agar intake makanan dan cairan adekuat.

5. Resiko tnggi kerusakan membran mukaosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan radiasai/radiotherapi.
Tujuan:
- Membran mukosa tidak menunjukkan keruisakan, terbatas dari inflamasi dan ulcerasi.
- Klien mengungkapkan faktor penyebab secara verbal.
- Klien mampu mendemonstrasika teknikmempertahankan /menjaga kebersihan rongga mulut.

INTRVENSI
RASIOANAL
a. Kaji kesehatan gigi dan mulut pada saat pertemuan dengan klien secara periodik.
b. Kaji rongga mulut setiap hari, amati perubahan mukosa membran, Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara, rasa kecap, kekentalan ludah.
c. Diskusikan dengan klien tentang metode pemeliharaan oral hygine.
d. Intruksikan perubahan pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam dan makanan yang keras.
e. Amati dan jelaskan pada klien tentang tanda sumber infeksi oral.
f. Kolaboratif.
g. Konsultasi dengan dokter gigi sebelum kemotherapi.
h. Berikan obat sesuai indikasi, analgesik, topikal lidokain, antimikrobal mouthwash.
i. Preparation.
j. Kultur oral.
a. Mengkaji perkembangan proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk mengembangkan rencana keperawatan.
b. Masalah dengan kesehatan mulut dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.
c. Mencari alternatif lain mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
d. Mencegah rasa tidak nyaman dan iritasi lebih lanjut pada membran mukosa.
e. Agar klien mengetahui dan segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
f. Meningkatkan kebersihan dan kesehatan gigi dan guzi.
g. Tindakan/therapi yang dapat menghilanhkan nyerri, menangani nyeri dalam rongga mulut /infeksi sistemik.
h. Untuk mengetahui jenis kuman sehingga dapat diberikan therapi antibiotik yang tepat.
6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistimimun (efek khemetherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan:
- Klien mampu mengidentifikasi dan berpatisipasi dalam tindakan pencegahan infeksi.
- Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Pengunjung/keluarga dianjurkan hal yang sama.
b. Jaga persona lhigine klien dengan baik.
c. Monitor temperatur.
d. Kaji semua sistem untuk memonitor adanya tanda-tanda infeksi.
e. Hindarkan/batasi prosedur invasif dan jaga aseptif prosedur.
f. Kolaboratif
g. Monitor CBC, WBC, granulosit, platelets.


h. Berilah antibiotik sesuai indikasi.
a. Mencegah terjadinya infeksi silang.
b. Menurunkan atau mengurangi adanya organisme hidup.
c. Peningkatan suhu merupakan tanda terjadinya infeksi.
d. Mencegah atau mengurangi terjadinya infeksi.
e. Mencegah terjadinya infeksi.
f. Segera dapat diketahui apabila terjadi infeksi.
g. Adanya indikasi yang jelas sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
h. Menghilangkan/mengurangiinfeksi.

7. Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan defisit pengetahuan/ketrampilan tentang alternatif respon terhadap transisi kesahatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
Tujuan:
- Klien dapat mengungkapkan pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas.
- Memperhatikan aktivitas seksual dalam batas kemampuan.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Diskusikan dengan klien/keluarga tentng proses seksualitas dan reaksi serta hubungan nya dengan penyakitnya.
b. Berikan advise tentang akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.
c. Berikan privasi kepada klien dan pasangannya. Ketuk pintusebelum masuk.

a. Meningkatkan ekspresi seksuakitas dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b. Membantu klien dalam mengatasi masalah seksual yang dihadapi.
c. Memberikan kesempatan padaklien dan pasangannya untuk merngekspresikan perasaan dan keinginan secara wajar,

8. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, defisit imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan:
- Klien dapat mengidentifikasi intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik.
- Berpartisipasi dalam pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Kaji integritas kulit untuk melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
b. Anjurklan klien untuk tidak menggaruk bagian yang gatal.
c. Ubah posisi klien secara teratur.
d. Berikan advise pada klien untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
a. Memberikan informasi untuk perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan integritas kulirt.
b. Menghindari perlukaan yang dapat menimbulkan infeksi.
c. Menghinfdari penekanan yang terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d. Mencegah trauma berlanjut pada kulit dan produk yang kontra indikatif.

9. Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake.
Tujuan:
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal, membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry ferill normal,urine output nortmal.

INTERVENSI
RASIONAL
a. Monitor intake dan output termasuk keluaran yang tidak normal seperti emesis, diare, dranase luka,. Hitang keseimangan selama 24 jam.
b. Timbang berat badab jika perlu.
c. Monitor vital signs, evaluasi pulse peripheral, capilary refil.
d. Kaji turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Catat keadaan kehauasan pada klien.
e. Anjurkan intake cairan sampai 3000 ml perhari sesuai kebutuhan klien.
f. Observasi kemungkinan perdarahan seperti perlukaan membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis dan pethekie.
g. Hindarkan trauma dan tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
h. Kolaboratif.
i. Berikan cairabn IV bila diperlukan.
j. Berikan therapi antiseptik.
k. Monitor hasil laboratorium.
a. pemasukan oral yang tidak adekuat dapat menyebabkanhipovolemia.
b. Dengan monotor berat badan dapat diketahui bila tidak ada keseimbangan.cairan.
c. Tanda-tanda hipovolemik segera diketahui dengan adanya takikardi,, hipotensi dan peningkatan suhu tubuh dengan dehidrasi.
d. Dengan mengetahui tanda-tanda dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e. memenuhi kebutuhan cairan yang kurang.

f.Segera diketahui adanya perubahan keseimbangan volume cairan.
g.Mencegah terjadinya perdarahan.
h.Memenuhi kebutuhan cairan.
i.Mencegah /menghilangkan mual dan muntah.
j.Mengetahui perubahan yang terjadi.
k. Menunjang ketepatan therapi.



DAFTAR PUSTAKA

Dongoes (2000), Asuhan Keperawatan, EGC. Jakarta

Elizabeth.J.C. (2000). Patofisiologi. EGC. Jakarta.

FKUA. (1988). Ilmu bedah dan Teknik Operasi. Baratajaya-FKUA. Surabaya.

Linda Jual. (2000). Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.

Soelarso, ( ). Urologi. EGC. Jakarta.

































ANALISA DATA

TGL
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
TTD
8 Juli 2002
S: Kx. Mengatakan nyeri pada kaki sampai pinggang kiri.
O: Postur tidak biasanya (kaki ditarik ke abdomen). Scala nyeri 8


S Kx. Mengatakan sudah 10 hari lebih cateter belum diganti.
O: Kateter dipasang sejak tanggal
Suhu tubuh 36,7 ,kateter nampak bersih.

S:Kx.-
O:Alat genetalia sering terpasang cateter sejak 4 bulan yang lalu.



Oklusi Uretery Pelvic Renal
¯
Refluks
¯
Hidronefrosis
¯
nyeri

Benda asing
¯
Waktu lama
¯
Media perkembangbiakan micro organisme
¯
infeksi


pemasangan Cateter
¯
Penurunan Fungsi Seksual
¯
Gg. Fungsi Seksual
Gg. rasa nyaman: nyeri.






Resiko terjadinya infeksi








Gg. Fungsi seksualitas















Nama klien:
No. Reg. :

DIAGNOSA KEPERAWATAN (berdasarkan prioritas)

1. Gg. Rasa nyaman : nyeri b/d proses penyakitnya (penekanan /perusakan jaringan infiltrasi suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi) ditandai dengan posisi tubuh tidak seperti biasanya (kaki ditarik keabdomen).
2. Resiko infeksi b/d pemasangan cateter sejak 10 hr. yang lalu dan tidak adekuatnya pertahan tubuh.
3. Gg. Fungsi seksualitas b/d pemasangan cateter, penggunaan kateter (cukup lama) sejak 4 bulan yang lalu.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL
DIAGNOSA KEP.
RENCANA TIND.
RASIONAL
MHS
8 Juli
02
Dx.1
Tujuan:
1. Melaporkan nyerinya.
2. Mendemonstrasikan teknik relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui mendengarkan radio.
3. Mengukuti program pengobatan.
KH:
1. Kx. Mengatakan nyeri berkurang.
2. Scala nyeri < 5.
3. Kx. Mendemontrasikan teknik relaks.
4. Setuju untuk operasi.

Dx. 2
Tujuan:
1. Kx. Ikut berpartisipasi dlm.pencegahan infeksi.
2. Tidak menunjukkan tanda,gelala infeksi
KH:
1. Kateter lama dioff dan diganti kateter baru.
2. Sh. Tubuh 36-37,2 C

Dx. 3
Tujuan:
1. Kx. Dapat mengungkapkan efek kanker dan pemasangan kateter thd. pe¯ fgs. Seksualitas
2. Memperhatikan aktivitas seks. Dlm batas kemampuan.
KH:
1. Kx.&pasangannya mengatakan keb. Sexnya terpenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar