Rabu, 08 Juli 2009

PERIAPENDISITIS INFILTRAT

PERIAPENDISITIS INFILTRAT


PENGERTIAN
Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai adanya pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari proses peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. (Tabrani, 1998 hal. 788). Apendiks periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 - 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.

PATOFISIOLOGI
Apendik belum diketahui fungsinya, merupakan bagian dari sekum. Peradangan pada apendik dapat terjadi oleh adanya ulserasi dinding mukosa atau obstruksi lumen (biasanya oleh fecolif/faeses yang keras). Akibat penutupan lumen periformis , terjadi peningkatan tekanan intraluminal, terjadi edema, iskemik, bakteri sehingga timbul peradangan, dimana dalam waktu 24-36 jam jika daya tahan tubuh klien bagus tidak terjadi perforasi akan tetapi dapat terus berkembang semakin membesar sehingga tampak adanya timbunan massa dalam lumen (infiltrat) (RSUP. Sanglah, 1997 ) dan bila proses ini berlangsung terus-menerus organ disekitar dinding apendik terjadi perlengketan dan akan menjadi abses (kronik), dimana pada kondisi ini tidak selalu menimbulkan nyeri di daerah abdomen. Peritonitis merupakan komplikasi yang sangat serius..

Lihat tabel dihalaman berikutnya
Masa / tinja / benda asing

Obstruksi lumen apendiks


Peradangan


sekresi, mukus tidak dapat keluar Pembengkakan jaringan limpoid


Peregangan apendik

Tekanan intra luminal 
suplai darah terganggu

Hipoksia

Nyeri



Akut ---- Ulserasi + invasi bakteri 1. Daya tahan tubuh baik Kronis ---- Nekrose + perporasi

a. Asseserbasi

Peradangan kronis berlanjut

Gangguan pengaturan suhu tubuh Pembengkakan/infiltrat/
abses Resiko terjadi perforasi


Persiapan operasi
b. Kecemasan

Defisit knowlegde
ETIOLOGI
• Ulserasi pada mukosa
• Hiperplasi limfoid
• Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)
• Pemberian barium
• Berbagai macam penyakit cacing
• Tumor
• Striktur karena fibrosis pada dinding usus
• Variasi anatomik

INSIDEN
Periapendisitis infiltrat sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun. Pada wanita dan laki-laki insidennya sama kecuali pada usia pubertas dan usia 25 tahun wanita lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan 3 : 2. Angka kematian berkisar 2-6 %, 19 % kematian jika terjadi pada wanita hamil, dan pada anak kurang dari 2 th tingkat hingga 20 %.

PENCEGAHAN
Pencegahan pada apendisitis infiltrat yaitu dengan menurunkan resiko obstruksi atau peradangan pada lumen apendik atau dengan penanganan secara tuntas pada penderita apendisitis akut. Pola eliminasi klien harus dikaji, sebab obstruksi oleh fecalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diit serat, diit tinggi serat.
Perawatan dan pengobatan penyakit cacing juga meminimalkan resiko. Pengenalan yang cepat terhadap gejala dan tanda apendisitis dan apendisitis infiltrat meminimalkan resiko terjadinya gangren, perforasi, dan peritonitis.


A. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Riwayat:
Data yang dikumpulkan perawat dari klien dengan kemungkinan periapendisitis infiltrat meliputi : umur, jenis kelamin, riwayat pembedahan, dan riwayat penyakit abdomen yang pernah dirasakan sebelumnya, konsumsi antibiotik dan antiinflamasi serta riwayat medik lainnya, pemberian barium baik lewat mulut/rektal, riwayat diit terutama makanan yang berserat.
Pengkajian
a. Data Subyektif
Sebelum operasi
• Nyeri daerah pusar menjalar ke daerah perut kanan bawah
• mual, muntah, kembung
• Tidak nafsu makan, demam
• Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
• Diare atau konstipasi
• Riwayat penyakit perut sebelumnya
• Riwayat pengobatan sakit perut sebelumnya
• Tanggapan klien tentang tindakan/penatalaksanaan yang akan dilakukan pada klien.

I. SESUDAH OPERASI
• Nyeri daerah operasi
• Lemas
• Haus
• Mual, kembung
• Pusing

b. Data Obyektif
II. SEBELUM OPERASI
• Nyeri tekan di titik Mc. Berney
• Psoas sign (+)
• Nyeri lepas
• Nyeri jalar
• Tampak pembesaran pada regio abdomen kanan bawah
• Spasme otot
• Takhikardi, takipnea
• Pucat, gelisah
• Bising usus berkurang atau tidak ada
• Demam 38 - 38,5  C
• Leuko > 18.000 /mm3
• LED > 1,5 dalam 5”

III. SESUDAH OPERASI
• Terdapat luka operasi di kuadran kanan bawah abdomen
• Terpasang infus
• Terdapat drain/pipa lambung
• Bising usus berkurang
• Selaput mukosa mulut kering

c. Pemeriksaan Laboratorium
• Leukosit : 10.000 - 18.000 / mm3
• Netrofil meningkat 75 %
• WBC yang meningkat sampai 20.000 mungkin indikasi terjadinya perforasi (jumlah sel darah merah)

d. Data Pemeriksaan Diagnostik
• Radiologi : Foto colon yang memungkinkan adanya fecalit pada katup.
• Barium enema : apendiks terisi barium hanya sebagian

e. Potensial Komplikasi
• Perforasi
• Peritonitis
• Dehidrasi
• Sepsis
• Elektrolit darah tidak seimbang
• Pneumoni

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN / KRITERIA RENCANA TINDAKAN
1 Nyeri abdomen sehu-bungan dengan obstruksi dan peradangan apen-diks.


Subyektif :
• Nyeri daerah pusar menjalar kedaerah perut kanan bawah.
• Tungkai kanan tidak dapat diluruskan.

Obyektif :
• Nyeri tekan di titik Mc Burney. Nyeri berkurang.
Kriteria :
Klien mengungkapkan ra-sa sakit berkurang.
Wajah dan posisi tubuh tampak rilaks • Kaji tanda vital
• Kaji keluhan nyeri, tentukan lokasi, jenis dan intensitas nye-ri. Ukur dengan skala 1-10.
• Jelaskan penyebab rasa sakit, cara mengurangi.
• Beri posisi ½ duduk untuk melokalisir peradangan pada perut bawah dan pelvis.
• Ajarkan tehnik relaksasi dengan nafas dalam atau massage di daerah kontralateral untuk menga-lihkan pemusatan pikiran klien dari nyeri yang dialami.
• Kompres es pada daerah sakit untuk mengurangi nyeri dan melokalisir peradangan.
• Anjurkan klien untuk tidur pada posisi nyaman (miring dengan menekuk lutut kanan).
• Makan lunak dan minum biasa
• Ciptakan lingkungan yang tenang.
• Laksanakan program medik.
• Pantau efek terapeutik dan non terapeutik dari pemberian analgetik.

2 Potensial kekurangan vo lume cairan sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia dan diare. Cairan dan elektrolit da-lam keadaan seimbang.
Kriteria :
Turgor kulit baik.
Cairan yang keluar dan masuk seimbang.
• Observasi tanda vital suhu, nadi, tekanan darah, perna-pasan tiap 8 jam.
• Observsi cairan yang keluar dan yang masuk.
• Jauhkan makanan/bau-bauan yang merangsang mual atau muntah.
• Kolaborasi pemberian infus dan pipa lambung jika ditemukan distensi abdomen.
3 Kurang pengetahuan ten tang prosedur persiapan dan sesudah operasi.

Subyektif
Klien / keluarga ber-tanya tentang prosedur persiapan dan sesudah operasi

Obyektif
Klien tidak kooperatif terhadap tindakan per-siapan operasi. Setelah diberikan penje-lasan klien memahami tentang prosedur persiap-an dan sesudah operasi

Kriteria
Klien kooperatif dengan tindakan persiapan operasi maupun sesudah operasi.
Klien mendemonstrasikan latihan yang diberikan. • Jelaskan prosedur persiapan operasi.
 pemasangan infus.
 puasa makan & minum sebelumnya 6 - 8 jam.
 cukur daerah operasi.
• Jelaskan situasi dikamar bedah.
• Jelaskan aktivitas yang perlu dilakukan setelah operasi.
 Latihan batuk efektif.
 mobilisasi dini secara pasif dan aktif bertahap.

4 Kerusakan integritas ku-lit sehubungan dengan luka pembedahan. Luka insisi sembuh tanpa ada tanda infeksi. • Pantau luka pembedahan dari tanda-tanda peradangan : de-mam, kemerahan, bengkak dan cairan yang keluar, warna jum-lah dan karakteristik.
• Rawat luka secara steril.
• Beri makanan berkualitas atau dukungan klien untuk makan. Makanan mencukupi untuk mempercepat proses penyembuhan.
• Beri antibiotika sesuai program medik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar